Tulisan ini termotivasi dari ribut-ribut mengenai lagu Rasa Sayange yang diklaim oleh pihak Malaysia. Meskipun akhirnya pihak Malaysia sudah mengakui bahwa lagu itu adalah "milik bersama"... (what?? belongs together??), ternyata masih menyusul produk-produk budaya Indonesia lain yang menunggu untuk diklaim.
Baru-baru ini adalah lagu Jali-jali. Mungkin mereka pikir kata-kata 'Cikini' yang ada dalam syair lagu Jali-jali tersebut hanya untuk membuat rhyme dengan syair selanjutnya.. "sampai disini"... Ya, darimana lagi kosakata Cikini mereka datangkan? Atau, buru-buru sekali mereka membuat satu distrik dengan nama Cikini dengan tujuan mengaburkan fakta kalau lagu ini berasal dari Betawi (instead of Langkawi:) Bisa jadi khan?
Yang selanjutnya adalah Reog Ponorogo. Yang satu ini jelas mereka catut seenaknya sendiri dengan menjiplak seutuh-utuhnya fisik dan tarian Reog dan kemudian diberi nama Tarian Barongan. Satu hal yang berbeda, mereka hanya mengganti tulisan di kepala Reog dengan Malaysia (detail selengkapnya dapat diklik disini). Kalau mereka bisa mengetahui tarian ini, mungkin karena hadirnya ribuan tenaga kerja Indonesia yang sudah lama menetap disana, dimana sebagian dari tenaga kerja tersebut berasal dari daerah Ponorogo (maaf, ini hanya hypothesis saya tanpa ada maksud untuk mendiskreditkan siapapun). Tapi, darimana mereka bisa membuat kostumnya? Atau jangan-jangan, mereka mendatangkan perajin reog khusus untuk mengajari mereka bagaimana cara membuatnya. Ya.. masuk akal memang..
Research kecil-kecilan juga saya lakukan untuk tarian-tarian Indonesia yang lain. Terkaget-kaget saya dibuatnya. Tarian Jaran Kepang yang jelas-jelas berasal dari tanah Jawa, ternyata juga diakui sebagai bagian dari budaya mereka (detail klik disini). Di portal tersebut dikatakan bahwa:
"Kuda Kepang menampakkan pengaruh Jawa dan Islam. Pengaruh Jawa terlihat pada pakaian penari-penari..."
Walahhh..ini mah bukan cuma 'pengaruh'... Memang tarian itu mutlak berasal dari Jawa. Logikanya, kalau memang sampai menyebar ke Malaysia, kenapa daerah-daerah lain di Indonesia (yang notabene lebih dekat dibanding Malaysia) tidak terpengaruh? Ya, sekali lagi karena penduduk Indonesia tahu persis kalau tarian ini memang berasal dari Jawa. Dan lagi, masing-masing daerah sudah kaya dengan budayanya sendiri. Asli, otentik, dan melimpah...
Masih banyak tarian lain yang potensial untuk diklaim Malaysia. Sebut saja Tarian Piring (disini) dan Tarian Lilin (disini). Untuk dua tarian ini, di portal memang disebutkan bahwa keduanya berasal dari Sumatra. Tapi mengingat yang sudah-sudah, tidak heran kalau ke depan keduanya diklaim asli dari Malaysia ... he..he...
Dengan adanya permasalahan2 tersebut diatas (yang notabene cuma 'sebagian kecil'), pelajaran apa yang bisa kita ambil? Ya, at least menurut saya sudah saatnya kita sadar dan kembali kepada budaya-budaya yang kita miliki. Kita mempunyai ribuan kekayaan budaya, jangan sia-siakan dengan melepasnya menjadi bagian dari bangsa lain (maafkan sebelumya kalau terlalu menggurui:p). Mengutip dari kata Aa' Gym, mulailah dari diri sendiri. Ya, siapa lagi yang bisa menjaga budaya kita kalau bukan kita sendiri? Caranya? Mungkin dengan memasukkan anak-anak kita ke sanggar tari. Belajar balet memang bagus, tapi lebih perlu lagi untuk belajar tari Jaipong (misalnya). Atau, belajar piano memang perlu. Tapi, apa salahnya kalau kita juga belajar angklung, gamelan atau kulintang? Peran layar LCD juga sangat besar (bukan layar kaca lagi ya...:) Tidak ada salahnya khan kalau dunia pertelevisian kita menayangkan produk budaya dari satu propinsi secara bergantian... Hitung-hitung kontribusi kepada negara..he..he.. Hingga pada saatnya nanti dengan bangga kita akan bisa mengucapkan "Malaysia ... Tak Akan Pernah Bisa Kau Ambil Budaya Kami !! Seluruh rakyat Indonesia sadar budaya"
Pertanyaannya selanjutnya adalah, sudahkah saya mulai mempelajari budaya sendiri? Jawabannya, belum. Karena itu, pada saat kepulangan saya di bulan Juli tahun depan, saya berniat untuk belajar memainkan Siter, alat musik dari Jawa Tengah yang menyerupai gitar. Adakah di antara pembaca yang bisa membantu dimana bisa mempelajarinya?
2 comments:
Di Riau dan Jakarta udah ada orang yang make kaos bersablon kalimat plesetan:
Visit Maling asia 2007...
Malaysia the truly maling asia....
Moga-moga si malaysia jadi insyaf, takutnya Indonesia dan Malaysia di adu domba.. biar sama-sama hancur... Jangan sampe ya... naudzubillahi min dhaliq...
Ada yang tau copyright buku2 kang Abik (Habiburrahman.S) Ayat-ayat Cinta dll?
Soale diblog jiran di sini kok (percuma) di gratiskan???
Post a Comment