Monday, May 12, 2008

Berita dari Kampung Halaman

Pesan pendek dari kakakku mengetuk jantungku, menggoyangnya keras. Denyut nadiku mendadak berubah menjadi cepat, napas terasa memburu, membutakan segala logika yang seharusnya hadir saat itu. "Bapak masuk ICU, nik. Jantungnya kambuh," demikian pesan yang kuterima dari kakakku, di tengah lecture salah satu mata kuliah ekonomi Jumat siang lalu.

Ya, memang sudah beberapa tahun belakangan ini bapak menderita sakit jantung. Pembesaran jantung lebih tepatnya. Jantung yang membesar tersebut memerlukan rongga lebih, mendesak paru-paru yang terletak berdekatan, sehingga nafas bapak seringkali menjadi sesak. Akibatnya, puluhan butir obat harus dikonsumsi setiap harinya, untuk mencegah si jantung mengalami pembesaran lebih lanjut.

Mataku menerawang jauh. Terlempar pada kenangan puluhan tahun yang lalu, disaat aku masih berumur kurang lebih tiga tahun. Saat itu, bapak yang mengabdi sebagai pegawai negeri, menjalankan dinas di kota Solo. Sementara istri dan tujuh anak-anaknya masih tinggal di Pati, sebuah kota di ujung utara Jawa Tengah.

Saat itu, kami sedang bermain di seberang sungai di depan rumah. Bapak terlihat dari jauh, sepulang tugas beliau di kota Solo. Beliau berjalan ke arah kami sambil membawa bungkusan yang saya tahu adalah oleh-oleh buat anak-anaknya. Segera kusambut bungkusan tersebut. Dan mataku terbelalak, terpana pada warna-warni bungkusan es Jollie di dalamnya. Saat itu, produk es Jollie sedang populer dan iklannya sering kami lihat di tayangan televisi. "Jollie, jollie, jollie, sehat dan berseri...untuk setiap hari.." begitu kira-kira bunyi jingle iklan es tersebut di TV. Dan saat itu, rasanya sungguh tak percaya bahwa produk tersebut sudah ada dalam genggaman tangan. Terlihat begitu segar, di tengah panas terik kota pesisir yang kami tinggali.

Dan saat ini, bapak sedang lemah tak berdaya. Terbaring di rumah sakit, lengkap dengan alat perekam detak jantung disampingnya. Bapakku yang dulu terlihat gagah, kuat, dengan kumis melintang yang selalu membuatku takut untuk dicium. Bapak, ananda sebentar lagi pulang. Dua setengah bulan lagi. Tumbuhkan semangat dalam dirimu.. tegarkan bahumu. Agar tumbuh asa yang tersisa dalam hati ini,untuk mencium tanganmu. Menikmati gurauanmu. Memeluk hangat kokoh badanmu. Tunggu aku, bapak...